Komisi XI Desak Kemenkeu Prioritaskan Empati Rakyat dalam Kelola APBN

Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) kembali menegaskan pentingnya pendekatan yang humanis dan berempati dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Penegasan ini muncul sebagai respons atas kekhawatiran bahwa kinerja fiskal tidak semata-mata diukur dari pencapaian angka-angka makroekonomi, melainkan juga dari dampak riilnya terhadap kehidupan masyarakat luas.
Dalam sejumlah rapat kerja dan sesi dengar pendapat yang intens, Komisi XI secara konsisten mengingatkan Kemenkeu agar tidak terjebak pada presentasi data dan laporan yang secara statistik menunjukkan gambaran positif semata. Kritik keras disampaikan agar Kemenkeu tidak mengabaikan realitas sosial dan ekonomi yang terjadi di lapangan, yang mungkin berbeda jauh dari indikator-indikator makro yang tampak “indah” di atas kertas.
Pentingnya Realitas Sosial di Balik Angka APBN
Anggota Komisi XI DPR RI menekankan bahwa esensi APBN adalah sebagai instrumen vital negara untuk mencapai kesejahteraan rakyat, bukan sekadar neraca akuntansi. Di balik capaian pertumbuhan ekonomi, surplus anggaran, atau pendapatan negara yang melampaui target, masih sering ditemukan jurang kesenjangan yang lebar, kesulitan ekonomi rumah tangga, hingga akses layanan publik yang belum merata di berbagai pelosok negeri.
Menurut Komisi XI, fokus yang berlebihan pada angka-angka tanpa diimbangi pemahaman mendalam terhadap kondisi masyarakat dapat menyebabkan kebijakan fiskal yang kurang tepat sasaran atau bahkan kontraproduktif. Misalnya, efisiensi anggaran yang terlalu ketat tanpa mempertimbangkan kebutuhan dasar dapat berdampak pada pemangkasan subsidi esensial atau program bantuan sosial yang sangat dibutuhkan kelompok rentan.
APBN bukanlah sekadar kumpulan angka-angka di atas kertas. Ia adalah cerminan dari harapan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi jutaan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, setiap kebijakan fiskal, setiap alokasi anggaran, harus selalu berpijak pada empati dan pemahaman mendalam terhadap realitas sosial di lapangan, bukan hanya mengejar target capaian yang indah secara statistik namun abai terhadap penderitaan sesama, ujar salah satu anggota Komisi XI dalam sebuah kesempatan.
Konsep empati dalam pengelolaan APBN diartikan sebagai kemampuan Kemenkeu untuk secara proaktif mengidentifikasi dan merespons kebutuhan mendesak masyarakat, terutama kelompok rentan. Ini mencakup alokasi anggaran yang lebih tepat sasaran untuk program jaring pengaman sosial, subsidi yang efektif, peningkatan kualitas layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, serta penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan.
Dampak Jangka Panjang dan Akuntabilitas
Pengabaian terhadap realitas sosial dapat menimbulkan dampak jangka panjang, mulai dari meningkatnya ketidakpuasan publik, berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah, hingga potensi gejolak sosial. Oleh karena itu, Komisi XI mendesak Kemenkeu untuk lebih transparan dan akuntabel dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi anggaran.
Data dan laporan Kemenkeu, menurut Komisi XI, harus dilengkapi dengan analisis dampak sosial yang komprehensif, tidak hanya berfokus pada efisiensi fiskal semata. Pendekatan ini diharapkan dapat memastikan bahwa setiap rupiah APBN benar-benar memberikan manfaat optimal bagi seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir. Pada 10 September 2025, desakan ini menjadi semakin relevan mengingat tantangan ekonomi global dan domestik yang masih berlanjut, menuntut pemerintah untuk lebih cermat dan peka dalam merumuskan kebijakan fiskal.
Panggilan Komisi XI kepada Kemenkeu ini bukan hanya sekadar kritik, melainkan sebuah ajakan untuk menyempurnakan filosofi pengelolaan APBN. Dengan menempatkan empati sebagai pilar utama, diharapkan APBN dapat menjadi instrumen yang lebih kuat dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan merata bagi seluruh rakyat Indonesia, melampaui sekadar angka-angka laporan yang memukau.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda