Wamendagri Bima Arya Dorong Diferensiasi Ekonomi Kreatif untuk Ungkit Pariwisata Nasional
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto baru-baru ini menyoroti strategi diferensiasi dalam pengembangan ekonomi kreatif sebagai kunci utama untuk mendorong kemajuan sektor pariwisata nasional. Pernyataan ini disampaikan dalam forum bergengsi “The Top Tourism Leaders Forum” yang mempertemukan para pemangku kepentingan utama di industri pariwisata Indonesia pada 12 October 2025. Dalam kesempatan tersebut, Bima Arya menekankan bahwa hanya dengan menciptakan keunikan dan nilai tambah, Indonesia dapat bersaing secara global dan memaksimalkan potensi kekayaan budaya serta alamnya.
Menurut Bima Arya, era pariwisata massal yang hanya mengandalkan keindahan alam semata telah bergeser. Wisatawan modern kini mencari pengalaman yang lebih personal, otentik, dan berkesan. Di sinilah peran ekonomi kreatif menjadi sangat vital. “Diferensiasi bukanlah sekadar pembeda, melainkan identitas yang kuat, yang lahir dari kekayaan lokal dan inovasi. Ini mencakup segala aspek, mulai dari kuliner khas, kerajinan tangan, seni pertunjukan, hingga desain produk yang mencerminkan budaya setempat,” jelasnya.
Strategi Diferensiasi: Kunci Daya Saing Global
Dalam paparannya, Bima Arya menggarisbawahi pentingnya setiap daerah menemukan dan mengembangkan ciri khasnya. Strategi diferensiasi yang kuat akan membantu destinasi wisata Indonesia tidak hanya dikenal, tetapi juga diingat dan dicari. Hal ini krusial mengingat ketatnya persaingan di pasar pariwisata internasional, di mana banyak negara berlomba-lomba menarik perhatian wisatawan dengan berbagai tawaran menarik.
“Di tengah persaingan global yang semakin ketat, kita tidak bisa lagi mengandalkan keindahan alam semata. Kita harus menciptakan nilai tambah melalui keunikan dan kreativitas. Diferensiasi adalah kunci agar destinasi wisata kita tidak hanya dikunjungi, tetapi juga dikenang dan dirindukan. Ini adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah, pelaku usaha, dan komunitas lokal untuk berinovasi dan berkolaborasi,” ujar Bima Arya, menegaskan pandangannya dalam forum tersebut.
Penerapan strategi ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem pariwisata yang lebih resilient dan berkelanjutan. Dengan membedakan produk dan layanan, destinasi wisata dapat menarik segmen pasar yang lebih spesifik, meningkatkan lama tinggal wisatawan, serta mendorong pengeluaran yang lebih tinggi. Dampak akhirnya adalah peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, dan pelestarian budaya lokal melalui ekonomi kreatif.
Peran Sinergi dan Inovasi untuk Implementasi
Implementasi strategi diferensiasi ekonomi kreatif menuntut sinergi yang kuat antara berbagai pihak. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat menyediakan regulasi yang kondusif, infrastruktur yang memadai, serta program pelatihan dan pendampingan bagi pelaku ekonomi kreatif. Sementara itu, sektor swasta diharapkan berinvestasi dalam pengembangan produk dan pemasaran yang inovatif, serta berkomitmen pada praktik pariwisata yang bertanggung jawab.
Komunitas lokal, sebagai garda terdepan dalam menjaga keaslian budaya, juga memegang peran sentral. Mereka adalah pemilik sah dari kearifan lokal dan tradisi yang dapat menjadi fondasi utama diferensiasi. “Inovasi tidak harus selalu tentang teknologi tinggi, melainkan juga tentang bagaimana kita mengemas dan menyajikan tradisi dengan cara yang segar dan menarik bagi generasi kini dan mendatang,” tambah Bima Arya. Dengan demikian, ekonomi kreatif tidak hanya menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, tetapi juga media ekspresi budaya dan identitas bangsa.
Melalui pendekatan diferensiasi yang holistik dan terencana, Bima Arya optimistis bahwa sektor pariwisata Indonesia akan mampu mencapai lonjakan signifikan. Hal ini tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga memastikan bahwa pariwisata Indonesia memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian warisan budaya bangsa.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
