Seskab Pramono Anung Wanti-wanti: Kajian Komprehensif Penting untuk Implementasi CFN

Jakarta – Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menyoroti rencana implementasi kebijakan Car Free Night (CFN) di kawasan strategis Sudirman-MH. Thamrin. Pramono menegaskan urgensi kajian komprehensif untuk memastikan kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif, terutama pada sektor perhotelan yang menjadi tulang punggung ekonomi di area tersebut, khususnya terkait acara pernikahan yang ramai pada akhir pekan.
Pernyataan ini muncul di tengah diskusi publik mengenai potensi pengembangan atau perluasan konsep kawasan bebas kendaraan di ibu kota. Meski tujuan kebijakan seperti CFN umumnya positif, seperti mengurangi polusi dan menyediakan ruang publik, Seskab mengingatkan agar pelaksanaannya tidak mengganggu aktivitas ekonomi yang sudah berjalan, terutama yang sangat sensitif terhadap aksesibilitas.
Potensi Gangguan pada Sektor Perhotelan
Pramono Anung secara spesifik menyoroti bahwa koridor Sudirman-MH. Thamrin merupakan pusat bisnis dan pariwisata yang dipadati oleh hotel-hotel berbintang. Banyak dari hotel-hotel ini menjadi pilihan utama bagi pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan, terutama pada hari Sabtu dan Minggu malam. Penerapan CFN, jika tidak diatur dengan cermat, dikhawatirkan dapat mengganggu akses tamu hotel, logistik acara, hingga mengurangi minat calon pengantin untuk memilih lokasi di kawasan tersebut.
Wilayah Sudirman-MH. Thamrin itu banyak hotel-hotel yang kerap menjadi lokasi pernikahan pada akhir pekan, ujar Pramono. Penekanan diberikan pada bagaimana pembatasan akses kendaraan dapat berdampak langsung pada pendapatan hotel dan para pelaku industri jasa pendukungnya, mulai dari katering hingga vendor dekorasi. Industri pernikahan sendiri melibatkan rantai ekonomi yang panjang, dan gangguan pada satu titik dapat berimbas luas.
Wilayah Sudirman-MH. Thamrin itu banyak hotel-hotel yang kerap menjadi lokasi pernikahan pada akhir pekan. Kita harus memastikan bahwa implementasi kebijakan seperti Car Free Night ini tidak sampai mengganggu roda ekonomi dan kenyamanan publik, terutama sektor yang sudah memiliki jadwal padat seperti industri pernikahan di hotel-hotel tersebut. Maka, kajian detail sangat diperlukan agar kebijakan ini bisa berjalan optimal tanpa merugikan pihak manapun.
Urgensi Kajian Mendalam dan Solusi Komprehensif
Menanggapi kekhawatiran ini, Sekretaris Kabinet menegaskan bahwa setiap rencana penerapan kebijakan pembatasan lalu lintas di area vital seperti Sudirman-MH. Thamrin harus didasarkan pada studi yang mendalam dan komprehensif. Kajian tersebut harus melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, asosiasi perhotelan, perencana kota, serta perwakilan masyarakat dan pelaku usaha.
Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi potensi kerugian finansial, rekayasa lalu lintas alternatif, penyediaan moda transportasi publik yang memadai, serta penentuan jam operasional CFN yang tidak berbenturan dengan puncak kegiatan ekonomi di akhir pekan. Pramono berharap, hasil kajian ini dapat melahirkan skema implementasi yang adaptif, memungkinkan tujuan kebijakan (misalnya peningkatan kualitas udara atau ruang publik) tercapai tanpa mengorbankan geliat ekonomi lokal.
Pemerintah, lanjut Pramono, berkomitmen untuk mencari titik keseimbangan antara upaya peningkatan kualitas lingkungan perkotaan dan keberlanjutan ekonomi. Jangan sampai niat baik untuk menciptakan ruang publik yang lebih baik justru menjadi bumerang bagi sektor pariwisata dan jasa, pungkasnya dalam kesempatan tersebut pada 05 July 2025. Langkah koordinasi antarlembaga diharapkan menjadi kunci sukses kebijakan ini di masa depan.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda