Taman Daan Mogot: Kisah Prostitusi Sesama Jenis Mengintai di Balik Gelapnya Malam
JAKARTA BARAT — Taman Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat, yang seharusnya menjadi ruang publik hijau dan nyaman bagi warga, belakangan ini disorot karena fenomena gelap di baliknya. Praktik prostitusi sesama jenis diduga marak terjadi di area tersebut, menimbulkan keresahan dan potensi ancaman keamanan bagi masyarakat, terutama saat malam menjelang.
Salah satu saksi hidup yang nyaris menjadi korban adalah Acong, seorang pedagang kaki lima (PKL) yang biasa beraktivitas di sekitar Taman Daan Mogot. Acong menceritakan pengalamannya saat diincar oleh individu yang diduga terlibat dalam praktik prostitusi terlarang tersebut. Ia hampir terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.
“Kejadian itu membuat saya kaget. Awalnya ada seorang pria menghampiri, bertanya ini itu, lalu tiba-tiba menawarkan uang Rp50.000 agar mau menemaninya. Tidak hanya itu, dia juga mengajak saya mampir ke sebuah rumah kosong di dekat sini,” ujar Acong kepada awak media, 19 November 2025, dengan raut wajah masih menunjukkan ketidaknyamanan. Beruntung, Acong menyadari niat terselubung tersebut dan berhasil menghindar dari jebakan itu.
Fenomena Prostitusi Terselubung di Ruang Publik
Pengalaman Acong bukan insiden tunggal. Menurut beberapa warga sekitar yang enggan disebutkan namanya, area tepian sungai dan sudut-sudut sepi di Taman Daan Mogot, terutama setelah senja, memang kerap menjadi lokasi aktivitas mencurigakan. Para pelaku, yang sering digambarkan sebagai pemuda berpenampilan menarik, mencari “pelanggan” di antara pengunjung taman atau pejalan kaki yang melintas.
Modus operandi yang digunakan bervariasi, mulai dari tawaran uang terang-terangan seperti yang dialami Acong, hingga pendekatan yang lebih halus melalui percakapan dan rayuan. Kondisi taman yang minim penerangan di beberapa titik, serta jauh dari pengawasan langsung petugas, menjadi faktor pendorong maraknya praktik ini. Lingkungan yang gelap dan sepi memberikan celah bagi aktivitas ilegal ini berkembang.
“Praktik ini sangat meresahkan. Ini bukan hanya masalah moral, tapi juga potensi ancaman keamanan yang nyata. Siapa saja bisa jadi korban, apalagi jika niatnya adalah kejahatan lain seperti perampokan setelah transaksi gagal atau penularan penyakit,” kata seorang aktivis sosial yang peduli isu perkotaan, Dr. Citra Lestari, saat dihubungi terpisah pada 19 November 2025.
Dampak Sosial dan Seruan Penindakan
Dampak dari fenomena ini meluas lebih dari sekadar keresahan warga. Potensi penyebaran penyakit menular seksual, risiko kekerasan, hingga degradasi moral di lingkungan sekitar menjadi ancaman nyata yang tidak bisa diabaikan. Citra Taman Daan Mogot sebagai fasilitas publik yang seharusnya aman dan nyaman pun tercoreng, menjadikannya tempat yang dihindari sebagian masyarakat.
Masyarakat setempat mendesak aparat penegak hukum, khususnya kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), untuk meningkatkan patroli dan pengawasan di area tersebut. Penertiban berkala serta edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya dan cara menghindari praktik semacam ini dianggap perlu untuk menekan aktivitas ilegal yang terjadi.
Pihak berwenang diharapkan tidak hanya melakukan penangkapan, tetapi juga menyelidiki lebih dalam jaringan yang mungkin terlibat, termasuk pihak-pihak yang menyediakan atau membiarkan tempat-tempat kosong sering dijadikan lokasi transaksi. Sinergi antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mengembalikan fungsi Taman Daan Mogot sebagai ruang publik yang bersih, aman, dan bermanfaat bagi seluruh warga Jakarta Barat.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
