December 1, 2025

Delik Kalbar

Satu Portal, Banyak Cerita

Pramono Desak Kepala Sekolah Jakarta Perangi Bullying Demi Lingkungan Belajar Aman

Pramono, seorang tokoh nasional dan pemerhati pendidikan, secara tegas mengingatkan 673 kepala sekolah di Jakarta untuk tidak menoleransi segala bentuk bullying di lingkungan sekolah. Dalam sebuah pertemuan penting di Jakarta pada 20 November 2025, Pramono mendesak para pimpinan institusi pendidikan tersebut untuk memperkuat pengawasan dan memastikan setiap sekolah menjadi zona aman bagi seluruh siswa.

Peringatan ini datang di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap isu kekerasan dan perundungan di sekolah yang kerap mencuat di berbagai media. Pramono menekankan bahwa lingkungan sekolah yang kondusif dan bebas dari intimidasi adalah prasyarat mutlak bagi tumbuh kembang optimal serta pencapaian akademik dan non-akademik siswa.

Perkuat Pengawasan dan Mekanisme Pencegahan

Dalam arahannya, Pramono meminta para kepala sekolah untuk tidak hanya bersikap reaktif, tetapi proaktif dalam mencegah insiden bullying. Ini mencakup penguatan kebijakan sekolah, penerapan kode etik siswa dan guru yang jelas, serta penyediaan jalur pelaporan yang aman dan mudah diakses bagi korban atau saksi. “Setiap aduan, sekecil apapun, harus ditindaklanjuti dengan serius dan transparan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya peran kepala sekolah sebagai pemimpin sekaligus garda terdepan dalam menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan menghargai perbedaan. Pelatihan rutin bagi guru dan staf, pembentukan tim anti-bullying, serta sosialisasi masif kepada siswa dan orang tua tentang bahaya bullying disebut sebagai langkah krusial yang harus segera diimplementasikan.

Pramono menegaskan, “Tidak boleh ada satu pun kasus bullying yang lolos dari pengawasan dan penanganan serius. Lingkungan sekolah harus menjadi tempat di mana anak merasa aman, dihormati, dan bisa belajar tanpa rasa takut atau cemas.”

Dampak Jangka Panjang dan Komitmen Bersama

Dampak bullying, menurut Pramono, tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis dan dapat membekas seumur hidup korban. “Perundungan bisa merusak kepercayaan diri, memicu depresi, hingga mengganggu konsentrasi belajar yang pada akhirnya berdampak pada prestasi akademik dan masa depan anak,” jelasnya.

Untuk itu, ia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara sekolah, orang tua, komite sekolah, hingga masyarakat sekitar. “Pencegahan bullying bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan tanggung jawab kita bersama sebagai elemen masyarakat yang peduli terhadap generasi penerus,” tambahnya.

“Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak. Tanggung jawab kita adalah memastikan ‘rumah’ ini menjadi tempat yang hangat, aman, dan memfasilitasi setiap potensi untuk berkembang, bukan malah menjadi sumber trauma atau ketakutan.”

Dengan komitmen kuat dari seluruh pihak, khususnya 673 kepala sekolah yang hadir, diharapkan Jakarta dapat menjadi percontohan dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang sepenuhnya bebas dari bullying. Peringatan Pramono ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan dan memperbarui upaya kolektif dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda