China dan BRICS Desak Gencatan Senjata, Redakan Ketegangan Timur Tengah

Beijing, 26 June 2025 – Tiongkok melalui juru bicaranya di Kementerian Luar Negeri, Guo, menegaskan seruan untuk gencatan senjata segera di Timur Tengah menyusul eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran, serta mendesak upaya dialog dan konsultasi sebagai jalan menuju perdamaian abadi di kawasan tersebut. Seruan ini diperkuat dengan pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh blok BRICS, sebuah kelompok negara ekonomi berkembang yang semakin berpengaruh di kancah global.
Pernyataan BRICS ini, yang mewakili suara ekonomi-ekonomi berkembang utama dunia, menunjukkan kekhawatiran global yang mendalam terhadap memburuknya situasi keamanan di salah satu wilayah paling bergejolak di dunia. BRICS, yang kini beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, serta anggota baru seperti Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Ethiopia, memiliki kepentingan strategis yang besar dalam stabilitas global dan regional, terutama terkait pasokan energi dan jalur perdagangan.
Sebagai salah satu anggota kunci BRICS dan pemain diplomatik yang semakin menonjol, Tiongkok secara konsisten menyerukan de-eskalasi dan pengekangan diri dari semua pihak. Beijing memandang bahwa konflik yang meluas di Timur Tengah akan mengganggu stabilitas pasokan energi global dan jalur perdagangan, yang sangat vital bagi perekonomiannya sendiri. Pendekatan Tiongkok seringkali menekankan pada penyelesaian damai melalui diplomasi multilateral, menjauhkan diri dari intervensi militer langsung.
Seruan Mendesak di Tengah Gejolak Regional
Seruan untuk gencatan senjata dan dialog ini datang setelah periode ketegangan yang memuncak antara Israel dan Iran, yang ditandai dengan serangan rudal dan drone balasan yang saling dilancarkan kedua negara pada awal bulan ini. Meskipun intensitas serangan telah mereda, kekhawatiran akan konflik berskala besar tetap membayangi, memicu kekhawatiran global tentang potensi dampaknya terhadap ekonomi dunia dan keamanan regional.
Situasi ini diperparah oleh krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza dan konflik Israel-Hamas yang telah berlangsung berbulan-bulan, yang secara signifikan memperburuk sentimen regional dan meningkatkan risiko spillover ke negara-negara tetangga. Tiongkok dan BRICS melihat bahwa penyelesaian konflik yang lebih luas di Gaza juga krusial untuk mencapai stabilitas jangka panjang di kawasan, yang kini terancam oleh serangkaian krisis yang saling terkait.
“Kami menyerukan semua pihak untuk tetap tenang, menahan diri, dan menghindari tindakan yang dapat lebih meningkatkan ketegangan,” kata Guo. “Penyelesaian konflik melalui dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan di Timur Tengah dan untuk mengatasi akar permasalahan yang mendasari konflik tersebut.”
Peran Diplomatik Tiongkok dan BRICS
Selain pernyataan BRICS, Tiongkok juga dilaporkan telah melakukan serangkaian upaya diplomatik bilateral dengan berbagai aktor di Timur Tengah dan kekuatan global lainnya, mendesak de-eskalasi dan pencarian solusi politik. Langkah ini menunjukkan keinginan Beijing untuk memainkan peran yang lebih konstruktif dalam resolusi konflik global, sejalan dengan visi mereka tentang tatanan dunia multipolar di mana berbagai negara dapat berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas.
Namun, tantangan untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian abadi di Timur Tengah tetap sangat besar. Sejarah konflik yang kompleks, kepentingan yang saling bertentangan, dan kurangnya kepercayaan antarpihak menjadi hambatan utama bagi upaya diplomatik. Meskipun demikian, seruan terpadu dari kelompok seperti BRICS diharapkan dapat menambah tekanan internasional yang diperlukan bagi semua pihak untuk kembali ke meja perundingan dan memprioritaskan stabilitas regional di atas kepentingan sempit yang hanya akan memperpanjang penderitaan dan ketidakpastian.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda