Drama Kartu Merah Hentikan Asa PSIM di Semifinal Liga 2
Langkah PSIM Yogyakarta di babak krusial semifinal Liga 2 harus terhambat setelah insiden kartu merah menjadi bumerang dalam upaya mereka mengejar ketertinggalan. Bertarung melawan PSBS Biak di Stadion Sultan Agung pada Senin, 29 Desember 2025, ‘Laskar Mataram’ harus merelakan ambisi mereka untuk melaju ke final akibat kekalahan pahit yang diwarnai drama di lapangan.
Pertandingan leg pertama semifinal yang sangat dinantikan ini sejak awal berlangsung ketat dan diwarnai intensitas tinggi dari kedua tim. PSBS Biak, yang dikenal dengan gaya permainan agresif dan serangan cepat, mampu memanfaatkan momentum di awal pertandingan untuk menekan pertahanan PSIM. Puluhan ribu suporter yang memadati Stadion Sultan Agung menjadi saksi bisu bagaimana jual beli serangan terus terjadi, menciptakan atmosfer yang mendebarkan.
Jalannya Pertandingan Penuh Drama
Sejak peluit babak pertama dibunyikan, PSBS Biak langsung mengambil inisiatif serangan. Kecepatan para penyerang ‘Badai Pasifik’ beberapa kali merepotkan barisan belakang PSIM. Tekanan tersebut akhirnya membuahkan hasil ketika PSBS berhasil unggul lebih dulu di menit ke-25 melalui skema serangan balik cepat yang sukses diselesaikan dengan baik. Gol tersebut sontak membuat para pemain PSIM meningkatkan intensitas permainan mereka, berupaya mencari gol balasan sebelum jeda.
Memasuki babak kedua, PSIM Yogyakarta tampil lebih beringas. Mereka tampak bertekad untuk membalikkan keadaan di hadapan pendukung sendiri. Serangan demi serangan terus dilancarkan, dan tekanan bertubi-tubi membuat pertahanan PSBS Biak mulai goyah. Asa untuk melakukan comeback mulai terlihat nyata ketika PSIM berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 di pertengahan babak kedua, memicu sorakan gemuruh dari tribun penonton. Gol penyama kedudukan ini membangkitkan semangat para pemain dan keyakinan bahwa kemenangan bisa diraih.
Kartu Merah Patahkan Semangat Laskar Mataram
Namun, di tengah momentum kebangkitan PSIM, sebuah insiden mengubah jalannya pertandingan secara drastis. Pada menit ke-78, salah satu pemain kunci PSIM, sang gelandang bertahan Roni Saputra, diganjar kartu merah langsung oleh wasit setelah melakukan pelanggaran keras terhadap pemain lawan yang berpotensi menciptakan peluang gol. Keputusan wasit ini memicu protes dari kubu PSIM, namun tidak dapat diubah.
“Kami sangat kecewa dengan hasil ini, terutama karena kartu merah itu. Saya merasa momen itu sangat menentukan. Para pemain sudah berjuang keras dan menunjukkan semangat luar biasa untuk mengejar ketertinggalan. Bermain dengan 10 orang di menit-menit krusial jelas sangat berat, tetapi kami tetap tidak menyerah hingga peluit akhir,” ujar pelatih kepala PSIM, Imran Nahumarury, dalam konferensi pers pasca-pertandingan, 29 December 2025.
Bermain dengan sepuluh orang di sisa waktu pertandingan terbukti menjadi beban berat bagi PSIM. Keseimbangan tim menjadi terganggu, dan PSBS Biak yang cerdik langsung memanfaatkan keunggulan jumlah pemain. Mereka kembali berhasil mencetak gol di menit-menit akhir pertandingan, mengubah skor menjadi 2-1 untuk keunggulan PSBS Biak. Gol tersebut sekaligus memupuskan harapan PSIM untuk meraih poin penuh di kandang.
Kekalahan ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi PSIM Yogyakarta menjelang leg kedua. Mereka kini harus menghadapi tantangan berat untuk membalikkan keadaan di markas PSBS Biak dengan defisit satu gol. Drama kartu merah ini tidak hanya menghambat upaya comeback ‘Laskar Mataram’, tetapi juga memberikan tekanan psikologis yang signifikan menjelang laga penentu nasib mereka di Liga 2 musim ini.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
