December 1, 2025

Delik Kalbar

Satu Portal, Banyak Cerita

Anggota DPR Kaisar: Penutupan SAR Cibeunying Momentum Kuatkan Kesiapsiagaan Bencana

JAKARTA – Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Kaisar Alam, menyerukan agar berakhirnya operasi pencarian dan pertolongan (SAR) korban longsor di Cibeunying, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dijadikan momentum krusial untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana di seluruh wilayah Indonesia. Seruan ini disampaikan menyusul pengumuman resmi penghentian operasi SAR oleh tim gabungan pada 24 November 2025, setelah upaya pencarian intensif selama lebih dari dua pekan.

Kaisar Alam, yang membidangi urusan sosial dan penanggulangan bencana, menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap penanganan bencana longsor kali ini. Ia menyoroti bahwa insiden seperti Cibeunying adalah pengingat betapa rentannya Indonesia terhadap berbagai ancaman bencana alam, khususnya longsor di musim hujan yang intensitasnya terus meningkat.

“Berakhirnya operasi SAR bukan berarti masalah selesai. Ini adalah awal dari pekerjaan rumah yang lebih besar: bagaimana kita bisa mencegah jatuhnya korban di masa depan, bagaimana kita bisa memastikan masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana. Kesiapsiagaan harus menjadi prioritas nasional yang terintegrasi dari pusat hingga daerah,” ujar Kaisar Alam dalam keterangan persnya di Jakarta.

Longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Cugenang, Cianjur, beberapa waktu lalu telah mengakibatkan dampak serius, termasuk puluhan warga yang terdampak. Beberapa di antaranya dilaporkan tewas, dan sejumlah lainnya masih dalam pencarian. Upaya SAR melibatkan ratusan personel dari Basarnas, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, serta masyarakat setempat yang bekerja keras di tengah medan yang sulit dan cuaca ekstrem.

Evaluasi Operasi SAR dan Tantangan di Lapangan

Operasi SAR longsor Cibeunying secara resmi dihentikan pada 24 November 2025 pukul 17.00 WIB, setelah tim gabungan memutuskan bahwa seluruh area terdampak telah disisir secara optimal dan tidak ada lagi tanda-tanda keberadaan korban. Kepala Kantor SAR Bandung, Jumaril (nama fiktif), dalam konferensi persnya menyatakan bahwa keputusan ini diambil setelah koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan perwakilan keluarga korban yang sudah menyetujui penutupan operasi.

Kami telah mengerahkan segala daya dan upaya, dengan peralatan canggih seperti drone dan alat deteksi, serta personel terbaik kami. Namun, setelah periode pencarian yang ekstensif selama 14 hari dan mempertimbangkan kondisi lapangan yang terus berubah, termasuk potensi longsor susulan yang membahayakan tim, kami harus mengambil keputusan sulit ini. Fokus selanjutnya adalah pemulihan dan penanganan pasca-bencana, jelas Jumaril.

Selama operasi berlangsung, tim SAR menghadapi berbagai tantangan signifikan, mulai dari kondisi tanah yang labil dan berlumpur, potensi longsor susulan, hingga cuaca buruk berupa hujan deras yang kerap menghambat proses evakuasi. Akses jalan yang terbatas dan lokasi yang terjal juga menjadi kendala utama dalam mobilisasi alat berat dan personel pendukung. Meski demikian, tim berhasil mengevakuasi total [Jumlah Fiktif] korban, baik dalam kondisi meninggal dunia maupun luka-luka.

Meskipun operasi SAR telah ditutup, pemerintah daerah bersama dengan BPBD setempat akan terus melakukan monitoring dan pendampingan terhadap warga terdampak. Ini termasuk dalam proses relokasi jika diperlukan, serta memastikan bantuan logistik dan psikososial terus tersalurkan secara merata dan tepat sasaran.

Mendesak Penguatan Kesiapsiagaan Bencana Holistik

Kaisar Alam lebih lanjut mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk tidak hanya fokus pada respons pasca-bencana, melainkan juga pada upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Menurutnya, investasi dalam sistem peringatan dini (early warning system) yang efektif dan terintegrasi hingga tingkat komunitas adalah kunci vital untuk mengurangi risiko korban jiwa.

Kita harus memiliki peta kerentanan bencana yang akurat, sistem peringatan dini yang menjangkau hingga ke pelosok desa melalui berbagai media, dan edukasi masyarakat yang berkelanjutan tentang mitigasi bencana. Masyarakat harus tahu persis apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi, mulai dari jalur evakuasi hingga titik kumpul aman, tegas Kaisar Alam.

Selain itu, anggota dewan dari fraksi [Nama Fraksi Fiktif] ini juga menyoroti pentingnya penguatan infrastruktur yang tahan bencana dan alokasi anggaran yang memadai untuk program-program mitigasi, termasuk pelatihan dan simulasi bencana secara rutin. Ia berharap, setiap daerah yang memiliki potensi bencana tinggi dapat memiliki rencana kontinjensi yang matang dan sumber daya yang siap dioperasikan kapan saja, didukung oleh regulasi yang kuat.

Kerja sama antarlembaga, sinergi antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan komunitas lokal adalah fondasi utama dalam membangun ketahanan bencana yang tangguh. Kejadian Cibeunying harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk bergerak lebih cepat dan strategis dalam menghadapi ancaman bencana di masa depan, demi keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, tutup Kaisar Alam.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda