Kemdiktisaintek Desak Kampus Perketat Pembinaan Mahasiswa Usai Dugaan Perploncoan Unsri
JAKARTA – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) secara tegas mendesak seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk lebih serius dan komprehensif dalam membina mahasiswa, khususnya mahasiswa baru. Desakan ini muncul menyusul dugaan insiden perploncoan yang melibatkan mahasiswa baru Universitas Sriwijaya (Unsri) yang viral di media sosial, di mana mereka diduga diminta senior untuk mencium kening teman.
Peristiwa yang menghebohkan publik tersebut memicu gelombang kritik dan kekhawatiran mendalam mengenai praktik orientasi mahasiswa di berbagai kampus. Kemdiktisaintek, melalui salah satu perwakilannya, Togar, menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas dari praktik kekerasan atau perundungan terselubung atas nama tradisi.
Insiden di Unsri, meskipun masih dalam tahap dugaan dan penyelidikan, telah menjadi sorotan nasional. Rekaman atau laporan mengenai praktik yang meminta mahasiswa baru melakukan tindakan yang dianggap tidak pantas atau memalukan kerap kali muncul, menimbulkan pertanyaan besar tentang pengawasan dan pembinaan yang diberikan oleh pihak universitas terhadap kegiatan mahasiswa.
“Kami meminta seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk lebih serius membina mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Pembinaan harus mengedepankan nilai-nilai akademik, etika, dan pengembangan karakter, bukan praktik-praktik yang merendahkan martabat,” ujar Togar dalam pernyataannya yang relevan dengan kejadian tersebut.
Pentingnya Pembinaan Mahasiswa yang Humanis
Pernyataan dari Kemdiktisaintek ini menekankan bahwa masa transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi adalah periode krusial bagi mahasiswa. Alih-alih diisi dengan tekanan atau intimidasi, seharusnya periode ini menjadi ajang pengenalan lingkungan akademik, pengembangan potensi, dan pembentukan karakter yang positif. Pembinaan yang humanis berarti pendekatan yang menghargai martabat individu, menumbuhkan rasa persaudaraan, dan mengedepankan prinsip-prinsip pendidikan yang konstruktif.
Praktik perploncoan, dalam bentuk apapun, tidak hanya merugikan secara psikologis bagi korban tetapi juga mencoreng citra institusi pendidikan. Dampak negatifnya bisa sangat luas, mulai dari trauma, depresi, hingga putus studi. Oleh karena itu, Kemdiktisaintek mendesak agar semua kegiatan pengenalan kampus atau orientasi mahasiswa baru sepenuhnya berada di bawah pengawasan ketat pihak rektorat atau dekanat, dengan kurikulum yang jelas dan substansial.
Komitmen Kampus Terhadap Lingkungan Aman
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang, Kemdiktisaintek mendorong setiap perguruan tinggi untuk meninjau ulang dan memperketat pedoman pelaksanaan kegiatan mahasiswa. Ini termasuk orientasi mahasiswa baru (ospek), kegiatan unit kegiatan mahasiswa (UKM), dan acara lainnya yang melibatkan interaksi senior-junior. Setiap kegiatan harus dipastikan sejalan dengan peraturan yang berlaku, menjunjung tinggi nilai-nilai akademik, dan menciptakan lingkungan yang aman serta kondusif bagi seluruh warga kampus.
Diperlukan adanya sosialisasi yang masif mengenai anti-kekerasan dan anti-perploncoan kepada seluruh civitas akademika, baik mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan. Mekanisme pelaporan yang mudah diakses dan aman bagi korban juga harus tersedia, diikuti dengan penegakan sanksi yang tegas bagi pelaku tindakan kekerasan atau perploncoan.
Kemdiktisaintek berharap, dengan pembinaan yang lebih serius dan pengawasan yang ketat, perguruan tinggi di Indonesia dapat menjadi mercusuar pendidikan yang tidak hanya menghasilkan lulusan berkualitas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas, etika, dan kepedulian sosial yang tinggi. Insiden seperti di Unsri harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk bersama-sama menciptakan budaya kampus yang positif dan mendukung perkembangan optimal setiap mahasiswa, mulai dari 25 September 2025 dan seterusnya.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
