Kontroversi Mogok Siswa di [Nama Kota]: Kepala Sekolah Sebut Ada Dalang di Balik Aksi

Dunia pendidikan di [Nama Kota] tengah diguncang oleh aksi mogok belajar sejumlah siswa di SMA [Nama Sekolah Fiktif, misal: Bakti Mulya] yang menuntut kejelasan atas dugaan penamparan yang dilakukan kepala sekolah, DP, terhadap seorang siswa. Namun, tudingan itu dibantah keras oleh pihak kepala sekolah, yang justru menuding adanya intervensi pihak luar sebagai dalang di balik aksi solidaritas siswa tersebut.
Insiden ini telah menarik perhatian publik dan memicu perdebatan sengit mengenai metode disipliner di sekolah serta isu campur tangan pihak eksternal dalam kebijakan internal lembaga pendidikan. Kedua belah pihak memiliki narasi yang saling bertolak belakang, menciptakan ketegangan yang membutuhkan penanganan cermat dari otoritas pendidikan setempat.
Kontroversi Disipliner dan Aksi Solidaritas Siswa
Permasalahan ini bermula dari insiden yang terjadi beberapa waktu lalu, di mana seorang siswa kelas XI berinisial F diduga ketahuan merokok di area sekolah. Sebagai respons atas pelanggaran tersebut, Kepala Sekolah DP dituduh melakukan tindakan fisik berupa penamparan. Kejadian ini, yang menurut siswa dan beberapa orang tua dianggap sebagai pelanggaran prosedur disipliner dan kekerasan, segera menyulut reaksi keras dari para siswa.
Aksi mogok belajar yang dimulai sejak 15 October 2025 ini melibatkan puluhan siswa yang menolak masuk kelas sebagai bentuk protes dan solidaritas terhadap teman mereka. Mereka menuntut klarifikasi, permintaan maaf dari kepala sekolah, serta jaminan bahwa insiden serupa tidak akan terulang di masa mendatang. Suasana di sekolah dilaporkan tegang, dengan beberapa orang tua siswa juga turut menyuarakan kekhawatiran mereka.
Salah satu perwakilan siswa yang enggan disebutkan namanya menyatakan, “Kami hanya ingin keadilan bagi teman kami. Kami merasa tindakan kepala sekolah terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan aturan. Aksi ini murni dari hati nurani kami untuk membela teman.” Pernyataan ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan solidaritas di antara para siswa dalam menghadapi apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan.
Tudingan Intervensi dan “Beking” Pihak Luar
Menyikapi aksi mogok yang melumpuhkan sebagian aktivitas belajar mengajar, Kepala Sekolah DP memberikan bantahan keras. DP menampik bahwa mogok belajar tersebut murni inisiatif siswa. Sebaliknya, ia melontarkan tudingan adanya pihak-pihak eksternal yang sengaja memprovokasi dan memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan tertentu.
“Aksi ini tidak sepenuhnya murni dari siswa, melainkan diduga mendapat tekanan dari pihak luar. Kami memiliki indikasi kuat adanya pihak-pihak yang mencoba memprovokasi dan memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan tertentu. Ini bukan kali pertama kami menghadapi upaya semacam ini,” ujar DP kepada awak media pada 15 October 2025 dengan nada tegas.
DP tidak merinci siapa ‘pihak luar’ yang dimaksud, namun isu yang beredar menyebutkan dugaan keterlibatan beberapa alumni, orang tua siswa yang memiliki pengaruh di masyarakat, atau bahkan organisasi masyarakat tertentu yang mencoba campur tangan dalam urusan internal sekolah. Tudingan ini memperkeruh suasana, seolah mengalihkan fokus dari inti permasalahan dugaan penamparan menjadi isu manipulasi dan agenda tersembunyi.
Di sisi lain, perwakilan siswa dan beberapa orang tua murid yang diwawancarai menolak tudingan adanya “beking” atau intervensi dari pihak luar. Mereka menegaskan bahwa aksi solidaritas ini murni muncul dari keprihatinan siswa atas perlakuan yang menimpa teman mereka, tanpa ada paksaan atau instruksi dari pihak manapun. Mereka menuntut pihak sekolah untuk fokus pada penyelesaian insiden penamparan, bukan mencari kambing hitam.
Dinas Pendidikan Provinsi [Nama Provinsi Fiktif] telah menyatakan akan segera turun tangan untuk memediasi konflik ini. Kepala Dinas Pendidikan, Ibu [Nama Fiktif], menekankan pentingnya dialog terbuka dan mencari solusi terbaik yang mengedepankan kepentingan siswa serta menjaga iklim pendidikan yang kondusif. Komite Sekolah juga diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari fakta dan menengahi perselisihan ini agar tidak berlarut-larut.
Situasi di SMA Bakti Mulya masih tegang, dengan siswa yang tetap bertahan pada tuntutan mereka dan kepala sekolah yang bersikukuh dengan narasi adanya intervensi. Penyelesaian konflik ini tidak hanya bergantung pada penelusuran fakta di balik insiden penamparan, tetapi juga pada kemampuan semua pihak untuk berkomunikasi secara terbuka dan bertanggung jawab, demi menjaga reputasi sekolah dan keberlangsungan proses belajar mengajar.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda