Megawati: Dasa Sila Bandung Masih Relevan untuk Atasi Ketidakadilan Global

Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyatakan bahwa semangat Dasa Sila Bandung yang lahir dari Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 belum sepenuhnya tuntas. Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum PDI Perjuangan sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini menegaskan relevansi abadi Dasa Sila Bandung sebagai pedoman dalam menghadapi dinamika ketidakadilan global yang masih terasa hingga kini.
Relevansi Abadi Dasa Sila Bandung
Dasa Sila Bandung, yang merupakan sepuluh prinsip hasil KAA 1955 di Bandung, menjadi fondasi penting bagi hubungan internasional yang setara dan adil. Prinsip-prinsip tersebut mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, tidak melakukan intervensi, penyelesaian sengketa secara damai, hingga promosi kepentingan bersama dan kerja sama. KAA sendiri, yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno, merupakan tonggak sejarah bagi solidaritas bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam menentang kolonialisme dan imperialisme.
Menurut Megawati, meskipun bentuk kolonialisme fisik telah banyak sirna, semangat penjajahan dalam wujud lain seperti dominasi ekonomi, hegemoni teknologi, dan ketimpangan akses terhadap sumber daya masih menjadi tantangan nyata bagi negara-negara berkembang. Oleh karena itu, prinsip-prinsip Dasa Sila, yang menekankan kemandirian, non-blok, dan keadilan, tetap krusial sebagai kompas moral bagi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya dalam menyikapi arsitektur global yang sering kali tidak berpihak pada kepentingan bersama.
Semangat Dasa Sila Bandung adalah napas kemerdekaan sejati dan keadilan global. Ini bukan hanya tentang menolak penjajahan fisik, tetapi juga penjajahan dalam bentuk ekonomi, digital, dan hegemoni kekuatan besar yang masih merongrong kedaulatan bangsa-bangsa berkembang, ujar Megawati dalam sebuah forum nasional di Jakarta pada 10 July 2025.
Tantangan Global dan Urgensi Dasa Sila Kini
Dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan kompleks, mulai dari konflik geopolitik yang bergejolak, krisis iklim yang mendesak, hingga kesenjangan ekonomi yang semakin melebar antara negara maju dan berkembang. Dalam konteks ini, Megawati melihat Dasa Sila Bandung sebagai sebuah kerangka kerja yang relevan untuk membangun tatanan dunia yang lebih damai dan adil. Ia menekankan pentingnya multilateralisme dan kerja sama antarnegara berdasarkan prinsip saling menghormati dan tidak mencampuri urusan dalam negeri.
Penerapan Dasa Sila dalam kebijakan luar negeri Indonesia, menurut Megawati, akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain global yang berprinsip dan dapat menjadi jembatan bagi kepentingan negara-negara Selatan. Hal ini juga sejalan dengan amanat konstitusi Indonesia yang mewajibkan untuk ikut serta dalam menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pesan Megawati adalah pengingat bahwa warisan sejarah KAA bukan sekadar seremonial, melainkan panduan hidup yang harus terus diaktualisasikan dalam setiap langkah diplomasi dan pembangunan bangsa.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda