Prabowo Dorong Rekonsiliasi, Sebut PDIP-Gerindra ‘Kakak Adik’
22 July 2025 – Calon Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, kembali mengirimkan sinyal kuat mengenai niat rekonsiliasi dan pembentukan pemerintahan yang inklusif pasca-Pemilu 2024. Dalam sebuah pernyataan publik yang strategis, Prabowo tidak hanya menyatakan penghormatan mendalam kepada Presiden pertama RI, Soekarno, sebagai “ayahnya”, tetapi juga menyebut PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra sebagai “kakak adik”. Pernyataan ini disampaikan di hadapan sejumlah tokoh politik, termasuk Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang merupakan cucu dari Bung Karno.
Pernyataan Prabowo ini, yang disampaikan dengan nada kekeluargaan, mengindikasikan upaya serius untuk menjembatani perbedaan dan meredakan tensi politik yang mungkin timbul pasca-kontestasi pemilihan presiden. Sebutan “ayah” untuk Soekarno dapat diinterpretasikan sebagai upaya Prabowo untuk mendekatkan diri pada akar ideologis PDIP, partai yang identik dengan trah Soekarno, sekaligus menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai kebangsaan yang diusung oleh Sang Proklamator.
Isyarat Persatuan dan Pengakuan Sejarah
Narasi “kakak adik” antara PDIP dan Gerindra menjadi sorotan utama dalam pernyataan Prabowo. Kedua partai ini memiliki sejarah rivalitas yang panjang dalam beberapa kontestasi politik terakhir, termasuk dua Pemilu Presiden sebelumnya di mana Prabowo menjadi penantang utama dari kubu yang diusung oleh PDIP. Dengan menyebut hubungan tersebut sebagai “kakak adik”, Prabowo seolah ingin menghapus jejak persaingan sengit di masa lalu dan menggantinya dengan semangat persatuan serta kolaborasi.
Kehadiran Puan Maharani, yang notabene adalah salah satu figur sentral di PDIP dan representasi langsung dari trah Soekarno, di lokasi pernyataan Prabowo, semakin memperkuat pesan rekonsiliasi yang ingin disampaikan. Momen ini diperkirakan menjadi bagian dari proses komunikasi politik antara kubu Prabowo dan PDIP yang telah berlangsung secara informal dalam beberapa waktu terakhir.
“Kami menyambut baik semangat persatuan yang disampaikan Bapak Prabowo. PDI Perjuangan selalu menjunjung tinggi rekonsiliasi demi keutuhan bangsa, namun tetap akan menjalankan fungsinya secara konstitusional, baik di dalam maupun di luar pemerintahan, demi kepentingan rakyat,” ujar Said Abdullah, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, menanggapi pernyataan Prabowo, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.
Respons PDIP dan Implikasi Politik
Respons dari Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Said Abdullah, mencerminkan sikap hati-hati namun terbuka dari partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Meskipun menyambut baik semangat persatuan, pernyataan Said Abdullah juga menegaskan posisi PDIP yang akan tetap menjalankan fungsinya secara konstitusional, yang dapat diartikan sebagai kesiapan untuk berperan sebagai kekuatan penyeimbang atau oposisi konstruktif jika diperlukan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada sinyal positif, proses menuju kesepahaman politik yang lebih mendalam masih membutuhkan dialog dan negosiasi lebih lanjut.
Pernyataan Prabowo dan respons dari PDIP ini memiliki implikasi signifikan terhadap peta politik nasional pasca-Pemilu 2024. Jika rekonsiliasi ini berlanjut menjadi bentuk kerja sama politik yang lebih konkret, hal ini dapat berkontribusi pada stabilitas politik, konsolidasi kekuatan nasional, dan pembentukan pemerintahan yang lebih inklusif. Hal ini juga dapat menjadi landasan bagi terciptanya iklim politik yang lebih kondusif, di mana perbedaan pandangan tetap dihormati namun kepentingan bangsa ditempatkan di atas segalanya.
Pengamat politik menilai bahwa pendekatan “kekeluargaan” yang ditunjukkan Prabowo adalah strategi efektif untuk merangkul semua elemen bangsa, terutama partai-partai besar seperti PDIP, demi keberlangsungan program pembangunan dan stabilitas pemerintahan mendatang. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi polarisasi yang sempat memanas selama periode kampanye dan mengembalikan fokus pada agenda pembangunan nasional.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
